Anggota:

  1. Janice Shannon Susilo XII MIPA 6/13
  2. Jessica Febiola XII MIPA 6/16
  3. Stephanie Linggawan XII MIPA 6/32
  4. Verena Tirza Bandioko XII MIPA 6/36

Membanjirnya Produk-Produk Luar Negeri di Pasar Dalam Negeri 

Globalisasi Dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan dalam kehidupan ekonomi suatu negara. Berkat bantuan internet yang merajalela. masyarakat kini memiliki akses untuk membeli produk-produk luar negeri lewat online shop maupun media sosial dengan mudah. Sebagai konsumen, hal itu menjadi kabar baik bagi kami karena kami memiliki lebih banyak opsi dalam membeli suatu produk. Namun, jika kami telusuri lebih dalam, produk-produk luar negeri yang membanjiri negeri kami justru dapat berdampak buruk kepada perekonomian dan jati diri bangsa. 

Mendag (Menteri Perdagangan) memaparkan bahwa pada 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD 233,66 miliar. Nilai ini naik 5,31 persen dibanding periode yang sama pada 2023. Impor barang konsumsi naik paling signifikan sebesar 5,37 persen, diikuti kenaikan impor barang modal sebesar 5,34 persen dan bahan baku/penolong 5,29 persen. Di satu sisi, produk luar negeri dapat memperketat persaingan dalam pasar suatu negara. Produk-produk luar, khususnya yang sudah bernama, cenderung dikenal memiliki kualitas yang baik dan awet. Mereka juga sering membuat tren yang digandrungi oleh target konsumen mereka, memastikan profit atau keuntungan dapat bertahan dalam waktu lama dan menunjukkan pada konsumen bahwa produk mereka relevan dengan permasalahan sehari-hari. Hal ini memang terlihat seperti marketing biasa, namun tanpa sadar kita termakan dengan strategi perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan lokal dan UMKM yang baru saja merintis pun terimbas dampak dari hal ini. Bisa saja kualitas produk yang mereka tawarkan sama, namun karena kalah pamor, produk mereka kurang dilihat oleh para konsumen. Hal ini membuat mereka sulit untuk mempertahankan bisnis mereka. 

Adapun dampak lain dari trend yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan luar. Biasanya, produk yang mereka tawarkan cenderung lebih modern, efisien, dan nyaman. Berbeda dengan produk lokal, khususnya yang tradisional, yang masih mengandung nilai-nilai moral dan budaya warisan leluhur yang mungkin terkesan kuno, ketinggalan zaman, dan tidak praktis. Contohnya, kini anak muda lebih gemar menggunakan atasan yang pas dengan bentuk tubuh mereka, seperti baju crop atau atasan lain dengan siluet yang cocok dengan bentuk tubuh mereka serta bahan yang nyaman daripada menggunakan kebaya. Padahal kebaya sebenarnya juga pas dengan tubuh, siluetnya cantik, dan menunjukkan identitas kami sebagai bangsa Indonesia. Dapat kami lihat bahwa kini generasi muda lebih rentan terpengaruh dengan tren-tren yang bermunculan di media sosial. Dengan mudahnya mereka melupakan produk-produk lokal dan khasnya untuk merasakan kepuasan sesaat alih-alih membanggakan bangsa dan produk-produknya yang tidak kalah tren yang berkualitas. 

Sebagai anak muda Indonesia, saya turut prihatin dengan apa yang terjadi dengan bangsa kami saat ini. Sebagai individu, saya dapat menunjukkan kebanggaan saya terhadap produk lokal dengan membeli, menggunakan, dan merekomendasikannya kepada teman-teman saya. Sementara itu, masyarakat dapat membuat tren sendiri berkaitan dengan produk lokal agar anak muda dapat ikut tertarik untuk melestarikan penggunaan produk lokal dan berpartisipasi dalam menaikkan kondisi ekonomi bangsa serta  mendorong negara kita untuk mandiri dan tidak bergantungan dengan negeri orang. Adapun peran penting negara dalam membatasi produk luar negeri untuk masuk ke negara kami. Mereka dapat membuat regulasi untuk hal tersebut agar produk lokal dan UMKM dapat dilirik oleh masyarakatnya. Contohnya, aplikasi Shopee yang memblokir online shopping China untuk ke Indonesia sehingga katalog fashion lokal bisa lebih maju dan berjaya. Harapan saya adalah bangsa Indonesia bisa memperkuat strategi dan fondari mereka dalam berbisnis dan menjadi Indonesia yang mandiri, mencapai visi Indonesia Emas 2045 dengan sukses. Tidak ada salahnya untuk belajar dari cara negara lain, namun tetap harus disesuaikan dengan kondisi bangsa. Tidak perlu takut untuk memulai bisnis lokal karena sesungguhnya bangsa ini punya SDA, SDM yang berpotensi besar ikut dalam persaingan global. 

Globalisasi dan teknologi mempermudah akses ke produk luar, tetapi juga mengancam ekonomi dan budaya lokal. Persaingan dengan merek asing membuat UMKM sulit berkembang, sementara tren global menggeser minat anak muda dari produk tradisional. Solusinya, masyarakat harus mendukung produk lokal, dan pemerintah perlu membatasi dominasi produk luar. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa mandiri dan bersaing secara global.


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *